AGRIBISNIS
TANAMAN HORTIKULTURA
(242 G0 003)
MYZUS PERSICAE SULZER PADA
CABAI
![]() |
OLEH
:
MUSLIMIN
G211
12 012
KELAS
: A
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili
terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai
berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia,
ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling
labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan
tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam
bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh baik
didataran tinggi , maupu di dataran rendah. bertanam cabai rawit dapat
memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh –
sungguh .Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai
rawit karena tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua
setengah tahun selama musim tanam.
Tanaman cabai rawit menyukai daerah
kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun,
percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas
bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat
telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak
daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan,
berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak,
kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung
meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya
pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang
masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5
mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek
leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya;
cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah
muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar,
selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan
sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.
Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.
Dalam pembudidayaan tanaman cabai
masalah utama yang sering di hadapi petani yaitu hama dan penyakit pada cabai.
Dengan masalah tersebut petani biasa mengalami kerugian jika tidak dikendalikan
secara efektif dan efisien, serta dapat mempengaruhi penurunan produktivitas
tanaman cabai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas maka, rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Hama Myzus persicae
Sulzer pada cabai?
2.
Hama dan
penyakit tanaman Cabai?
3.
Seberapa besar
keuntungan menanam cabai?
4.
Bagaimana
bercocok tanam cabai rawit yg baik dan benar?
1.3 Tujuan Masalah
Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa
tujuan dan manfaat yang dapat kami petik diataranya :
1.
Untuk mengetahui hama Myzus
persicae Sulzer pada cabai keuntungan budidaya cabai.
2.
Bisa mengetahui peluang pasar dari budidaya cabai.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Hama dan
Penyakit Tanaman Cabai
Secara umum maupun khusus sangat penting kaitannya dalam budidaya tanaman
cabai. Hal ini disebabkan efek negatif yang ditimbulkan oleh hama tersebut
tidaklah kecil, sering menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari sisi
produksi maupun finansial. Pada kesempatan ini
dicoba untuk memberikan pengenalan secara umum mengenai beberapa jenis hama
yang sering menyerang dalam usaha pembudidayan tanaman cabai. Semoga paparan
sekilas ini dapat memberikan gambaran secara umum sehingga dapat membantu upaya
pengidentifikasian dini, untuk selanjutnya dapat ditentukan tindakan
penanggulangannya secara cepat dan tepat (Andrey, 2010).
Penggunaan pestisida yang berlebihan
tersebut telah menimbulkan dampak buruk seperti resistensinya beberapa hama
tanaman cabai terhadap insektisida, timbulnya resurgensi, berkurangnya atau
musnahnya musuh alami seperti parasitoid dan predator, pencemaran tanah dan air
serta keracunan pada petani. Oleh karena itu perlu dicari alternatif
pengendalian yang lebih ramah lingkungan, ekonomis dan mudah diterapkan oleh
petani (Syaiful, 2005).
Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) sebagai konsep dan kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan
tanaman, merupakan konsep yang tepat untuk memperbaiki keadaan dan kehidupan
petani cabai sehingga sumberdaya yang dimiliki dapat mereka manfaatkan secara
optimal. Untuk mendukung konsep PHT tersebut telah ditemukan metoda
pengendalian dengan menggunakan pestisida biorasiona (Prjinono, 1999).
Jenis‐jenis
hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu
daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan
mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan
embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak
langsung serangan kutu daun.
Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak 60‐90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area (Pracaya, 1999).
Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak 60‐90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area (Pracaya, 1999).
Tanaman yang terkena penyakit ujung
keriting daunnya menguning dan mengeriting. Selain itu, tanaman menjadi kerdil.
Jika tanaman yang lebih tua terinfeksi, daunnya menggulung ke atas dan memutar
atau memilin daun yang muda. Tanaman cabai pada semua tingkatan pertumbuhan
dapat terserang penyakit ini, tetapi yang paling peka adalah tanaman yang muda.
Buah cabai akan menjadi masak lebih awal sebelum waktunya (Pracaya, 2009).
Umumnya yang menularkan penyakit
ujung keriting ini adalah serangga keluarga Yassidae seperti Empoasca Walsh, Eutettix
tenellus Baker (banyak menyerang tanaman bit di Amerika Serikat), Cicadula
zetterstedt, Deltochepalus burmeister, dan Jassus Fab. Kutu daun
loncat ini dari tingkatan muda sampai dewasa bisa menularkan penyakit. Sekali
memakan tanaman yang sakit, virus akan masuk dalam tubuh dan bisa keluar lagi
jika kutu daun loncat itu mengisap tanaman yang sehat (Semangun, 1994).
TMV singkatan dari tomato mosaic
virus. Penyakit ini banyak menyerang tanaman tomat, tetapi banyak juga
ditemukan virus ini menyerang tanaman selain tomat, seperti cabai, semangka
maupun buncis. Bentuk virus seperti batang dengan ukuran lebar 18 nanometer dan
panjang 300 nanometer (1 nanometer = 0,001 mikron). Gejala yang ditimbulkan
dari penyakit ini adalah dengan adanya keriting pada daun (Tukidjo, 1994).
Suhu yang ideal untuk budidaya cabai
adalah 24 – 28oC. Pada suhu
<15oC > 32oC buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu
yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pertumbuhan
bunga kurang sempurna dan pemangkasan buah lebih lama. Kelembaban relatif (RH)
untuk tanaman cabai sebesar 80%. Adanya curah hujan yang tinggi akan
meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi
akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum
penyebab layu akar, dan merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri (Riva,
2009).
Cabai merupakan
tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum
annum Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.Tanaman
cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat
20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya
hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai
rawit dan paprika (Hanum, 2008).
2.1.1
Hama Myzus persicae Sulzer Tamanan cabai
Kutu daun menyerang
tanaman cabai dengan menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan daun keriput,
berwarna kekuningan, dan terpuntir. Akibat lebih jauh adalah dapat
mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman. Hama kutu daun merupakan vektor
yang dapat menularkan penyakit, yaitu embun jelaga dan virus, serta dapat
mengundang dsemut. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian.
Kutu daun persik
memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda
tanaman cabai. Ia mengisap cairan daun, pucuk tangkai bunga dan bagian tanaman
yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya berlang kekuningan,
layu dan akhirnya mati. Melalui angin kutu ini menyebar menyebar keareal kebun.
Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun
mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun
akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis.
Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendalian dengancara
menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabai seperti jagung.
Kendalikan dengan kimia seperti Curacon 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC,
Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.


Gambar
: Hama Myzus persicae
Sulzer
2.1.2 Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Hama ini berukuran sangat kecil dan
lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecoklatan dengan kepala hitam.
Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian
berubah menjadi kecoklatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan
melengkung keatas. Thrips sering bersarang dibunga, ia juga menjadi perantara
penyebaran virus. Sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa
satu hamparan.
Gambar : Hama Thrips
parvispinus
Dengan pergiliran tanaman adalah
langkah awal memutuskan perkembangan Thrips. Pengendalian dengan memasang
perangkap kertas kuning IATIP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara
digulung dan digantung dan digantung setinggi 15 cm dari pucuk tanaman. Gunakan
pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dipilih antara
lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500
SC, Regent 50 SC, Curcon 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40 EC, Mesurol 50 WP.
Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
2.2
Keuntungan
Budidaya Cabai
Saat ini cabai menjadi salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal
maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga
budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan
hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor.
Cabai bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari
penduduk Indonesia makan dengan cabai. Cabai berasal dari Meksiko, Peru
dan Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia. Cabai
merupakan komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena
dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan
bila volume peredarannya di pasaran sangat besar. Walaupun volumenya
sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga
cabai tidak pernah mantap (fluktuatif). Di beberapa daerah sentra
produksi, harga berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan
permintaan. Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung ,
maka harga cabai akan melonjak tinggi. Sebaliknya bila barang sedang
membanjir harga bisa turun drastis. Penurunan harga yang sangat tajam juga
terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu cabai menurun dan cabai
tidak tahan lama disimpan.
Tanaman yg berasal dari daerah
tropis di benua Amerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia.
peluang usaha cabai yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di
daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk
membudidayakan sayuran ini. Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis
dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di
Indonesia sendiri jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara lain cabai
keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika. Sebab menyesuaikan
permintaan konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabai tersebut sebagai
penyedap masakan. Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai juga
bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabai,
sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu instant. Bahkan
produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi
Arabia, Brunei Darussalam dan India.
2.3
Cara
Bercocok Tanam Cabai
1.
Persemaian
Benih cabai yang baik berasal dari benih
hasil benih unggulan. Dengan menggunakan benih yang baik, berarti kita
telah melakukan langkah maju dalam meningkatkan produktivitas. Benih cabai yang
telah diperoleh harus disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dimaksudkan untuk
menyiapkan bibit yang sehat dan kuat sebagai bahan tanam di lahan produksi.
Adapun urutannya adalah : pembuatan media semai, persiapan bedeng semai dan
perlakuan sebelum dipindah tanam. Media semai disyaratkan mempunyai struktur
yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi.
.
2.
Pengolahan Tanah dan Penyiapan Bedengan
Kegiatan
yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan penyemprotan
terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit berdasarkan ukuran dan
memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan pengairan
pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm. Bibit
pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara merobek plastik kantong
semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat menyebabkan putusnya akar.
Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya tumbuhnya bibit
tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan kedua telapak
tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan cahaya
matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut
(misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit
benar-benar hidup ( 7 – 10 hst). Pembuatan
lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabai yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara bersebrangan
3. Penanaman
lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabai yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara bersebrangan
3. Penanaman
Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah
melakukan penyiraman dan penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam,
mengelompokkan bibit berdasarkan ukuran dan memilih bibit mana yang
pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan pengairan pada lahan serta membuat
lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm. Bibit pada polybag diletakkan pada
lubang tanam dengan cara merobek plastik kantong semai dengan menghindari
pecahnya media yang dapat menyebabkan putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut
dimasukkan pada lubang tanam. Supaya tumbuhnya bibit tegak, maka tanah
disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan kedua telapak tangan. Untuk
mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan cahaya matahari dari
palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut (misalnya
dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit benar-benar hidup
(7 – 10 hst). Pembuatan lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng dengan
dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi
dari tanaman cabai yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam
secara bersebrangan
4
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan
tanaman cabai mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil, pengikatan
tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan,
buah pertama pada cabang Y juga perlu dipangkas agar tanaman tumbuh membesar
terlebih dahulu. Pengairan lahan dilakukan secara rutin setiap 7 – 10 hari. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air
dari petak tanaman harus dilakukan dengan pelan-pelan agar tidak terjadi
pencucian pupuk dari bedeng tanaman. Tanaman cabai juga tidak menyukai genangan
air. Pengikatan dilakukan untuk menghindari agar tanaman tidak roboh terkena
terpaan angin dan beban buah. Pengikatan dilakukan pada ajirnya setidaknya tiga
simpul untuk setiap tanaman yaitu pertama di bawah cabang Y pada umur 10 – 15
hari hst, di atas cabang Y 30 – 40 hst dan pada waktu pembesaran buah 50 – 60
hst. Antar ajir tanaman juga harus dihubungkan dengan tali plastik atau sayatan
bambu membujur untuk menopang tegaknya tanaman. Kegiatan yang lain yaitu
penyiangan. Penyiangan pada bedengan cabai yang telah diberi mulsa akan lebih
ringan dibandingkan bedengan tanpa mulsa. Penyiangan dilakukan pada tanaman
pengganggu/rumput yang tumbuh baik di lubang tanam maupun di sekitar saluran
drainase dan pematang. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis yaitu
dengan tangan dan alat (cangkul), dapat juga dilakukan dengan menggunakan
herbisida. Penyiangan ini selain untuk mengurangi persaingan dalam mendapatkan
nutrisi tanaman juga untuk memotong siklus inang pembawa virus yang menyebabkan
penyakit pada cabai.
5
Panen
Pemanenan cabai dilakukan pada buah yang
mulai memerah. Waktu pemanenan cabai disesuaikan dengan jenis dan varietas cabai
yang ditanam. Karena tidak semua jenis maupun varietas cabai tersebut mempunyai
umur panen yang sama. Panen pertama cabai rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah
tanam, pemungutan cabai rawit dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu
sekali tergantung pada kondisi permintaan pasar . Masa hidup tanaman cabai
rawit dapat mencapai empat tahun tergantung pemeliharaan tanaman dengan masa
produktif selama tiga tahun. Hasil total produksi pertahun per ha dapat
mencapai 30 juta.
2.4 Prospek Agribisnis Cabai
Cabai benar benar merupakan komoditas sayuran
yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya. Tak heran bila volume
peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar rakyat, pasar
swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang sehari
harinya membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit.
Cabai merah termasuk dalam golongan enam besar dari
komoditas sayuran yang dieksport Indonesia, selain bawang merah, tomat.
Kentang, kubis dan kol bunga. Meskipun telah mengekspor cabai merah segar,
sampai saat ini kebutuhan
cabai secara nasional masih belum dapat terpenuhi, hal ini disebabkan kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun, untuk menutupi kekurangan tersebut kita mengimport dari China.
cabai secara nasional masih belum dapat terpenuhi, hal ini disebabkan kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun, untuk menutupi kekurangan tersebut kita mengimport dari China.
Agribisnis Cabai adalah usaha yang sangat menguntungkan
apabila diusahakan di Pulau Batam, bahkan dalam analisa penulis sendiri tingkat
ROI ( Return of Investment ) atau pengembalian modalnya adalah sekitar 299%,
dengan B/C ( Benefit Cost Ratio ) 3.99, sebuah analisa yang sangat layak untuk
dikembangkan menjadi usaha yang nyata.
Untuk Batam sendiri harga cabai merah cukup beragam
harganya, menurut keadaan cuaca dan tergantung stok di sentra produksi daerah
lain di Indonesia. Harga terendah adalah Rp 15.000,- per kg dan tertinggi
seperti saat lebaran dan hari hari besar bisa mencapai Rp 60.000,- per kg. Dan
selanjutnya tentu saja, untuk mencapai sukses agribisnis cabai, tekhnologinya
perlu dikuasai, dengan demikian tidak ada investor yang merasa dirugikan dengan
mempunyai tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman
BAB III
ANALISIS PELUANG AGRIBISNIS dan ANALISIS KELAYAKAN B/C ATAU R/C (DALAM BENTUK TABEL)
3.1 Analisis Usaha Tani Cabai
Seorang petani atau pengusaha akan memulai usahanya
setelah ada perhitungan yang matang. Artinya, dalam perhitungannya penerimaan
yang akan diterima harus jauh melebihi diatas biaya pengeluaran. Perhitungan
yang mencakup biaya biaya yang akan dikeluarkan serta keuntungan yang akan
diperoleh per luasan tanam merupkan suatu analisis usaha tani. Agribisnis yang
baik tentu saja tidak melenceng jauh dari analisis usaha tani yang telah
direncanakan. Analisis usaha tani tidak hanya sekedar untuk mengetahui jumlah
modal yang harus dikeluarkan ataupun prosentase keuntungan. Namun harus diperhitungkan
pula titik balik modal ( BEP ), efisiensi penggunaan modal ( ROI ) dan rasio
biaya dan pendapatan ( B/C ).
Model analisa yang digunakan dalam menguji efisien
tidaknya usahatani cabai merah keriting, yaitu dengan menghitung tingkat
efisiensi, dapat dihitung dengan:
R/C Ratio = TR/TC
Kriteria :
Jika R/C ratio > 1, maka usahatani
yang dilaksanakan efisien.
Jika
R/C ratio = 1, maka usahatani yang dilaksanakan tidak untung dan tidak rugi.
Jika
R/C ratio < 1, maka usahatani yang dilaksanakan tidak efisien.
Untuk menguji mengenai untung atau rugi yaitu dengan
Break Event Point (BEP) yang digunakan untuk mengetahui titik impas (tidak
untung dan tidak rugi).
a. Untuk BEP volume produksi:
BEP = TC P
b. Untuk BEP Harga produksi
BEP = TC Q Dimana
BEP = Break Event Point TC = Total Cost P = Harga Q = Jumlah produksi Kriteria:
Jika BEP > 0, maka usahatani layak
Jika BEP = 0, maka
usahatani impas (tidak untung dan tidak rugi)
Jika BEP < 0,
maka usahatani rugi (tidak layak).
Tabel
1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Cabai Merah 2001-2005.
Tahun
|
Cabai Merah
|
Perubahan 1) (%)
|
||||
Luas Panen
(Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
Produktivitas
(Ton/Ha)
|
A2)
|
B3)
|
C4)
|
|
2001
|
16851
|
15983
|
9.48
|
-
|
-
|
-
|
2002
|
17867
|
150948
|
8.45
|
0.06
|
8.44
|
-0.11
|
2003
|
20304
|
2473
|
12.18
|
0.14
|
0.98
|
0.44
|
2004
|
20246
|
21125
|
10.43
|
0.00
|
7.54
|
-0.14
|
2005
|
21473
|
267369
|
12.45
|
0.06
|
1.66
|
0.19
|
Sumber
: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Tabel 2. Biaya produksi cabai merah per hektar
Uraian
|
Volume
|
Harga (Rp.)
|
Jumlah (Rp.)
|
||
A
|
Biaya Produksi
|
|
|
|
|
1
|
Biaya Sewa Lahan
|
|
|
|
500.000
|
2
|
Benih
|
300
|
gram
|
1.500
|
450.000
|
3
|
Pupuk Urea
|
250
|
kg
|
1.300
|
325.000
|
4
|
Pupuk Kandang
|
20.000
|
kg
|
200
|
4.000.000
|
5
|
Sp-36
|
24
|
kg
|
1.700
|
340.000
|
6
|
Pestisida :
a. Karbofuran
b. Profenos
c. Deltametrin
d. Karbaril
|
20
2
2
200
|
kg
Ltr
Ltr
Gram
|
25.000
95.000
100.000
1.000
|
500.000
190.000
200.000
200.000
|
7
|
Penyemprot EM
|
5
|
Ltr
|
25.000
|
125.000
|
8
|
Pestisida Organik EM
|
25
|
Ltr
|
25.000
|
625.000
|
9
|
Tenaga Kerja:
a. Pengolahan Tanah
b. Tanam
c. Pemupukan
d. Penyiangan
e. Pengendalian
f. Panen
g. Pasca Panen
h. Gubug/Lain-lain
|
16
24
16
24
16
24
18
|
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
|
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
25.000
20.000
200.000
|
400.000
600.000
400.000
600.000
400.000
600.000
360.000
200.000
|
|
Jumlah Biaya
|
|
|
|
11.015.000
|
|
Biaya Lain - Lain 10 %
|
|
|
|
1.101.500
|
|
Total Biaya
|
|
|
|
12.116.500
|
B
|
Produksi dan
Pendapatan
|
|
|
|
|
|
Produksi Rata -
Rata (Kg)
|
|
|
|
1.500
|
|
Harga Rata - Rata
/ Kg
|
|
|
|
25.000
|
|
Hasil Penjualan (
R )
|
|
|
|
37.500.000
|
|
Biaya Produksi ( C
)
|
|
|
|
12.116.500
|
|
Keuntungan ( B )
|
|
|
|
25.383.500
|
|
R/C Ratio
|
|
|
|
3,09
|
|
B/C Ratio
|
|
|
|
2,09
|
Sumber: Rajab dan Taufik
(2008)
Keterangan : R/C
a.R/C > 1,3 Layak
b.R/C = 1,3 BEP
c.R/C < 1,3 Tidak layak
Berdasarkan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa R/C > 1,3, artinya usaha tersebut layak di usahakan dan
memberikan keuntungan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Cabai merah
(capsicum annuum spp.) merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang sejak
lama telah dibudidayakan di Indonesia, karena produk ini memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai
banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Pemasaran
cabai dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering, bubuk sebagai bahan dasar
industri maupun dalam bentuk pasta cabai.
Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya
kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai. Ia mengisap cairan
daun, pucuk tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi
keriting dan kecil warnanya berlang kekuningan, layu dan akhirnya mati. Melalui
angin kutu ini menyebar menyebar keareal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan
tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan
cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam
jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam
penyebaran virus. Kutu daun menyerang tanaman
cabai dengan menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan daun keriput,
berwarna kekuningan, dan terpuntir. Akibat lebih jauh adalah dapat
mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman. Hama kutu daun merupakan vektor
yang dapat menularkan penyakit, yaitu embun jelaga dan virus, serta dapat
mengundang dsemut. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian.
4.2
Saran
Dalam mengusahakan tanaman cabai yang harus di
perhatikan adalah bagaimana petani mengendalikan tanaman cabai yang terserang
hama dan penyakit misalnya Hama Myzus
persicae Sulzer Tamanan cabai, harus di kendalikan dengan
menggunakan pestisida dan pengendalian hayati.
BAB V
DAFTAR
PUSTAKA
Andrey.
2010. Mengenal Hama Tanaman Cabai. http: //and .viviti. com/e ntries/s da/m engenal-hama-tanaman-cabai-1.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2014.
Anonim1. 2014. Agribisnis Tanaman Hortikultura/catatan
tugas ibu/TANI MUDA OPT CABAI.htm.
Diakses Pada tanggal 15 Desember 2014. Makassar.
Badan Pusat Statistik. 2006. Harga Konsumen Barang dan Jasa di 20
Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Pracaya,
1999. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penerbit PT. Penebar Swadaya
Cimanggis Bogor.
Prijono Joko.
1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT.
Dalam Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami.
PKPHT. IPB. Bogor. 9-13 Agustus 1999.
Rajab, A. dan M.
Taufik. 2008. Introduksi beberapa jenis
sayuran di lahan kering iklim kering. Laporan Hasil Penelitian. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
BAB VI
LAMPIRAN







Tidak ada komentar:
Posting Komentar