Senin, 09 Februari 2015

AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA
(242 G0 003)

MYZUS PERSICAE SULZER PADA CABAI


 















OLEH :

MUSLIMIN
G211 12 012
KELAS : A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
 Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupu di dataran rendah. bertanam cabai rawit dapat memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh .Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam.
Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap. Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.
Dalam pembudidayaan tanaman cabai masalah utama yang sering di hadapi petani yaitu hama dan penyakit pada cabai. Dengan masalah tersebut petani biasa mengalami kerugian jika tidak dikendalikan secara efektif dan efisien, serta dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanaman cabai.
1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah sebagai berikut :
1.       Hama Myzus persicae Sulzer pada cabai?
2.       Hama dan penyakit tanaman Cabai?
3.       Seberapa besar keuntungan menanam cabai?
4.       Bagaimana bercocok tanam cabai rawit yg baik dan benar?

1.3       Tujuan Masalah
 Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang dapat kami petik diataranya :
1.      Untuk mengetahui hama Myzus persicae Sulzer pada cabai keuntungan budidaya cabai.
2.      Bisa mengetahui peluang pasar dari budidaya cabai.

BAB  II
PEMBAHASAN
2.1         Hama dan Penyakit Tanaman Cabai
Secara umum maupun khusus sangat penting kaitannya dalam budidaya tanaman cabai. Hal ini disebabkan efek negatif yang ditimbulkan oleh hama tersebut tidaklah kecil, sering menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari sisi produksi maupun finansial. Pada kesempatan ini dicoba untuk memberikan pengenalan secara umum mengenai beberapa jenis hama yang sering menyerang dalam usaha pembudidayan tanaman cabai. Semoga paparan sekilas ini dapat memberikan gambaran secara umum sehingga dapat membantu upaya pengidentifikasian dini, untuk selanjutnya dapat ditentukan tindakan penanggulangannya secara cepat dan tepat (Andrey, 2010).
Penggunaan pestisida yang berlebihan tersebut telah menimbulkan dampak buruk seperti resistensinya beberapa hama tanaman cabai terhadap insektisida, timbulnya resurgensi, berkurangnya atau musnahnya musuh alami seperti parasitoid dan predator, pencemaran tanah dan air serta keracunan pada petani. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan, ekonomis dan mudah diterapkan oleh petani (Syaiful, 2005).
 Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagai konsep dan kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan tanaman, merupakan konsep yang tepat untuk memperbaiki keadaan dan kehidupan petani cabai sehingga sumberdaya yang dimiliki dapat mereka manfaatkan secara optimal. Untuk mendukung konsep PHT tersebut telah ditemukan metoda pengendalian dengan menggunakan pestisida biorasiona (Prjinono, 1999).
Jenisjenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak langsung serangan kutu daun.
Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak 60
90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area (Pracaya, 1999).
Tanaman yang terkena penyakit ujung keriting daunnya menguning dan mengeriting. Selain itu, tanaman menjadi kerdil. Jika tanaman yang lebih tua terinfeksi, daunnya menggulung ke atas dan memutar atau memilin daun yang muda. Tanaman cabai pada semua tingkatan pertumbuhan dapat terserang penyakit ini, tetapi yang paling peka adalah tanaman yang muda. Buah cabai akan menjadi masak lebih awal sebelum waktunya (Pracaya, 2009).
Umumnya yang menularkan penyakit ujung keriting ini adalah serangga keluarga Yassidae seperti Empoasca Walsh, Eutettix tenellus Baker (banyak menyerang tanaman bit di Amerika Serikat), Cicadula zetterstedt, Deltochepalus burmeister, dan Jassus Fab. Kutu daun loncat ini dari tingkatan muda sampai dewasa bisa menularkan penyakit. Sekali memakan tanaman yang sakit, virus akan masuk dalam tubuh dan bisa keluar lagi jika kutu daun loncat itu mengisap tanaman yang sehat (Semangun, 1994).
TMV singkatan dari tomato mosaic virus. Penyakit ini banyak menyerang tanaman tomat, tetapi banyak juga ditemukan virus ini menyerang tanaman selain tomat, seperti cabai, semangka maupun buncis. Bentuk virus seperti batang dengan ukuran lebar 18 nanometer dan panjang 300 nanometer (1 nanometer = 0,001 mikron). Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah dengan adanya keriting pada daun (Tukidjo, 1994).
Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24 – 28oC. Pada suhu <15oC > 32oC buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pertumbuhan bunga kurang sempurna dan pemangkasan buah lebih lama. Kelembaban relatif (RH) untuk tanaman cabai sebesar 80%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar, dan merangsang perkembangbiakan cendawan dan bakteri (Riva, 2009).
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum annum Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Hanum, 2008).
2.1.1    Hama Myzus persicae Sulzer Tamanan cabai
Kutu daun menyerang tanaman cabai dengan menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan daun keriput, berwarna kekuningan, dan terpuntir. Akibat lebih jauh adalah dapat mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman. Hama kutu daun merupakan vektor yang dapat menularkan penyakit, yaitu  embun jelaga dan virus, serta dapat mengundang dsemut. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian.
Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai. Ia mengisap cairan daun, pucuk tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya berlang kekuningan, layu dan akhirnya mati. Melalui angin kutu ini menyebar menyebar keareal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendalian dengancara menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabai seperti jagung. Kendalikan dengan kimia seperti Curacon 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
Description: D:\Semester 5\Agribisnis Tanaman Hortikultura\catatan tugas ibu\download (2).jpg  Description: D:\Semester 5\Agribisnis Tanaman Hortikultura\catatan tugas ibu\download.jpg
Gambar : Hama Myzus persicae Sulzer

2.1.2  Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecoklatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan  bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecoklatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung keatas. Thrips sering bersarang dibunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. Sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Description: D:\Semester 5\Agribisnis Tanaman Hortikultura\catatan tugas ibu\Cara Membasmi Kutu Daun Persik Pada Tanaman Cabai   Catatan Anita_files\cabai.jpg
Gambar : Hama Thrips parvispinus
Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutuskan perkembangan Thrips. Pengendalian dengan memasang perangkap kertas kuning IATIP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung dan digantung setinggi 15 cm dari pucuk tanaman. Gunakan pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dipilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curcon 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40 EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
2.2         Keuntungan Budidaya Cabai
Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Cabai bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari penduduk Indonesia makan dengan cabai.  Cabai berasal dari Meksiko, Peru dan Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia.  Cabai merupakan komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.  Sehingga tidak mengherankan bila volume peredarannya di pasaran sangat besar.  Walaupun volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai sekarang harga cabai tidak pernah mantap (fluktuatif).  Di beberapa daerah sentra produksi, harga berubah hampir setiap waktu, tergantung jumlah barang dan permintaan.  Bila barang tidak ada karena iklim yang tidak mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi.  Sebaliknya bila barang sedang membanjir harga bisa turun drastis.  Penurunan harga yang sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu cabai menurun dan cabai tidak tahan lama disimpan.
Tanaman yg berasal dari daerah tropis di benua Amerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia. peluang usaha cabai yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini. Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabai tersebut sebagai penyedap masakan. Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.
2.3         Cara Bercocok Tanam Cabai
1.      Persemaian 
   Benih cabai yang baik berasal dari benih hasil benih  unggulan. Dengan menggunakan benih yang baik, berarti kita telah melakukan langkah maju dalam meningkatkan produktivitas. Benih cabai yang telah diperoleh harus disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dimaksudkan untuk menyiapkan bibit yang sehat dan kuat sebagai bahan tanam di lahan produksi. Adapun urutannya adalah : pembuatan media semai, persiapan bedeng semai dan perlakuan sebelum dipindah tanam. Media semai disyaratkan mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi.  .
2.      Pengolahan Tanah dan Penyiapan Bedengan
    Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit berdasarkan ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm. Bibit pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara merobek plastik kantong semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat menyebabkan putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya tumbuhnya bibit tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan kedua telapak tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan cahaya matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut (misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit benar-benar hidup ( 7 – 10 hst). Pembuatan
lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabai yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara bersebrangan
3.   Penanaman
    Kegiatan yang dilakukan sebelum tanam adalah melakukan penyiraman dan penyemprotan terhadap bibit yang akan ditanam, mengelompokkan bibit berdasarkan ukuran dan memilih bibit mana yang pertumbuhannya seragam dan baik. Melakukan pengairan pada lahan serta membuat lubang tanam yang ditugal sedalam 8 – 10 cm. Bibit pada polybag diletakkan pada lubang tanam dengan cara merobek plastik kantong semai dengan menghindari pecahnya media yang dapat menyebabkan putusnya akar. Selanjutnya bibit tersebut dimasukkan pada lubang tanam. Supaya tumbuhnya bibit tegak, maka tanah disekitar bibit ditekan sedemikian rupa dengan kedua telapak tangan. Untuk mengurangi kerusakan bibit akibat panasnya pantulan cahaya matahari dari palstik, maka dapat dilakukan penutupan terhadap bibit tersebut (misalnya dengan pelepah daun pisang). Penutupan dilakukan sampai bibit benar-benar hidup (7 – 10 hst). Pembuatan lubang tanam dilakukan dua baris setiap bedeng dengan dengan jarak antar baris tidak bersebrangan namun zigzag. Hal ini karena kanopi dari tanaman cabai yang rimbun akan saling menutupi satu sama lain bila ditanam secara bersebrangan
4        Pemeliharaan tanaman
    Pemeliharaan tanaman cabai mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil, pengikatan tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan, buah pertama pada cabang Y juga perlu dipangkas agar tanaman tumbuh membesar terlebih dahulu. Pengairan lahan dilakukan secara rutin setiap 7 – 10 hari. Hal yang harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari petak tanaman harus dilakukan dengan pelan-pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman. Tanaman cabai juga tidak menyukai genangan air. Pengikatan dilakukan untuk menghindari agar tanaman tidak roboh terkena terpaan angin dan beban buah. Pengikatan dilakukan pada ajirnya setidaknya tiga simpul untuk setiap tanaman yaitu pertama di bawah cabang Y pada umur 10 – 15 hari hst, di atas cabang Y 30 – 40 hst dan pada waktu pembesaran buah 50 – 60 hst. Antar ajir tanaman juga harus dihubungkan dengan tali plastik atau sayatan bambu membujur untuk menopang tegaknya tanaman. Kegiatan yang lain yaitu penyiangan. Penyiangan pada bedengan cabai yang telah diberi mulsa akan lebih ringan dibandingkan bedengan tanpa mulsa. Penyiangan dilakukan pada tanaman pengganggu/rumput yang tumbuh baik di lubang tanam maupun di sekitar saluran drainase dan pematang. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan tangan dan alat (cangkul), dapat juga dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan ini selain untuk mengurangi persaingan dalam mendapatkan nutrisi tanaman juga untuk memotong siklus inang pembawa virus yang menyebabkan penyakit pada cabai.
5        Panen
   Pemanenan cabai dilakukan pada buah yang mulai memerah. Waktu pemanenan cabai disesuaikan dengan jenis dan varietas cabai yang ditanam. Karena tidak semua jenis maupun varietas cabai tersebut mempunyai umur panen yang sama. Panen pertama cabai rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah tanam, pemungutan cabai rawit dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu sekali tergantung pada kondisi permintaan pasar . Masa hidup tanaman cabai rawit dapat mencapai empat tahun tergantung pemeliharaan tanaman dengan masa produktif selama tiga tahun. Hasil total produksi pertahun per ha dapat mencapai 30 juta.
2.4       Prospek Agribisnis Cabai
   Cabai benar benar merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya. Tak heran bila volume peredaran dipasaran sangat banyak jumlahnya, mulai dari pasar rakyat, pasar swalayan, warung pinggir jalan, restoran kecil hingga hotel berbintang sehari harinya membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit.
          Cabai merah termasuk dalam golongan enam besar dari komoditas sayuran yang dieksport Indonesia, selain bawang merah, tomat. Kentang, kubis dan kol bunga. Meskipun telah mengekspor cabai merah segar, sampai saat ini kebutuhan

cabai secara nasional masih belum dapat terpenuhi, hal ini disebabkan kenaikan konsumsi cabai dari tahun ke tahun, untuk menutupi kekurangan tersebut kita mengimport dari China.
          Agribisnis Cabai adalah usaha yang sangat menguntungkan apabila diusahakan di Pulau Batam, bahkan dalam analisa penulis sendiri tingkat ROI ( Return of Investment ) atau pengembalian modalnya adalah sekitar 299%, dengan B/C ( Benefit Cost Ratio ) 3.99, sebuah analisa yang sangat layak untuk dikembangkan menjadi usaha yang nyata.
          Untuk Batam sendiri harga cabai merah cukup beragam harganya, menurut keadaan cuaca dan tergantung stok di sentra produksi daerah lain di Indonesia. Harga terendah adalah Rp 15.000,- per kg dan tertinggi seperti saat lebaran dan hari hari besar bisa mencapai Rp 60.000,- per kg. Dan selanjutnya tentu saja, untuk mencapai sukses agribisnis cabai, tekhnologinya perlu dikuasai, dengan demikian tidak ada investor yang merasa dirugikan dengan mempunyai tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman.




BAB III
ANALISIS PELUANG AGRIBISNIS dan ANALISIS KELAYAKAN  B/C ATAU R/C (DALAM BENTUK TABEL)

3.1    Analisis Usaha Tani Cabai
Seorang petani atau pengusaha akan memulai usahanya setelah ada perhitungan yang matang. Artinya, dalam perhitungannya penerimaan yang akan diterima harus jauh melebihi diatas biaya pengeluaran. Perhitungan yang mencakup biaya biaya yang akan dikeluarkan serta keuntungan yang akan diperoleh per luasan tanam merupkan suatu analisis usaha tani. Agribisnis yang baik tentu saja tidak melenceng jauh dari analisis usaha tani yang telah direncanakan. Analisis usaha tani tidak hanya sekedar untuk mengetahui jumlah modal yang harus dikeluarkan ataupun prosentase keuntungan. Namun harus diperhitungkan pula titik balik modal ( BEP ), efisiensi penggunaan modal ( ROI ) dan rasio biaya dan pendapatan ( B/C ).
Model analisa yang digunakan dalam menguji efisien tidaknya usahatani cabai merah keriting, yaitu dengan menghitung tingkat efisiensi, dapat dihitung dengan:
R/C Ratio = TR/TC
Kriteria :
Jika R/C ratio > 1, maka usahatani yang dilaksanakan efisien.
Jika R/C ratio = 1, maka usahatani yang dilaksanakan tidak untung dan tidak rugi.
Jika R/C ratio < 1, maka usahatani yang dilaksanakan tidak efisien.
Untuk menguji mengenai untung atau rugi yaitu dengan Break Event Point (BEP) yang digunakan untuk mengetahui titik impas (tidak untung dan tidak rugi).
a. Untuk BEP volume produksi:
BEP = TC P
b. Untuk BEP Harga produksi
BEP = TC Q Dimana BEP = Break Event Point TC = Total Cost P = Harga Q = Jumlah produksi Kriteria: Jika BEP > 0, maka usahatani layak
Jika BEP = 0, maka usahatani impas (tidak untung dan tidak rugi)
Jika BEP < 0, maka usahatani rugi (tidak layak).
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Cabai Merah 2001-2005.
Tahun
Cabai Merah
Perubahan 1) (%)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
A2)
B3)
C4)
2001
16851
15983
9.48
-
-
-
2002
17867
150948
8.45
0.06
8.44
-0.11
2003
20304
2473
12.18
0.14
0.98
 0.44
2004
20246
21125
10.43
0.00
7.54
-0.14
2005
21473
267369
12.45
0.06
1.66
 0.19
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Tabel 2. Biaya produksi cabai merah per hektar
Uraian
Volume
Harga (Rp.)
Jumlah (Rp.)
A
Biaya Produksi




1
Biaya Sewa Lahan



   500.000
2
Benih
300
gram
1.500
   450.000
3
Pupuk Urea
250
kg
1.300
   325.000
4
Pupuk Kandang
20.000
kg
200
4.000.000
5
Sp-36
24
kg
1.700
   340.000
6
Pestisida :
a.       Karbofuran
b.      Profenos
c.       Deltametrin
d.      Karbaril


20
2
2
200
kg
Ltr
Ltr
Gram
25.000
95.000
100.000
1.000

   500.000
   190.000
   200.000
   200.000
7
Penyemprot EM
5
Ltr
25.000
   125.000
8
Pestisida Organik EM
25
Ltr
25.000
   625.000
9
Tenaga Kerja:
a.       Pengolahan Tanah
b.      Tanam
c.       Pemupukan
d.      Penyiangan
e.       Pengendalian
f.       Panen
g.      Pasca Panen
h.      Gubug/Lain-lain
 16
 24
 16
 24
 16
 24
 18

 HOK
 HOK
 HOK
 HOK
 HOK
 HOK
 HOK

 25.000
 25.000
 25.000
 25.000
 25.000
 25.000
 20.000
 200.000
   400.000
   600.000
   400.000
   600.000
   400.000
   600.000
   360.000
   200.000

Jumlah Biaya



11.015.000

Biaya Lain - Lain 10 %



1.101.500

Total Biaya



12.116.500
B
Produksi dan Pendapatan





Produksi Rata - Rata  (Kg)



1.500

Harga Rata - Rata / Kg



25.000

Hasil Penjualan ( R )



37.500.000

Biaya Produksi ( C )



12.116.500

Keuntungan ( B )



25.383.500

R/C Ratio



3,09

B/C Ratio



2,09
Sumber: Rajab dan Taufik (2008)
Keterangan : R/C
a.R/C > 1,3 Layak
b.R/C = 1,3 BEP
c.R/C < 1,3 Tidak layak
          Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa R/C > 1,3, artinya usaha tersebut layak di usahakan dan memberikan keuntungan.

BAB IV
PENUTUP
4.1         Kesimpulan
Cabai merah (capsicum annuum spp.) merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang sejak lama telah dibudidayakan di Indonesia, karena produk ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cabai banyak digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Pemasaran cabai dapat dilakukan dalam bentuk segar, kering, bubuk sebagai bahan dasar industri maupun dalam bentuk pasta cabai.
Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai. Ia mengisap cairan daun, pucuk tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya berlang kekuningan, layu dan akhirnya mati. Melalui angin kutu ini menyebar menyebar keareal kebun. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus. Kutu daun menyerang tanaman cabai dengan menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan daun keriput, berwarna kekuningan, dan terpuntir. Akibat lebih jauh adalah dapat mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman. Hama kutu daun merupakan vektor yang dapat menularkan penyakit, yaitu  embun jelaga dan virus, serta dapat mengundang dsemut. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian.
4.2    Saran
Dalam mengusahakan tanaman cabai yang harus di perhatikan adalah bagaimana petani mengendalikan tanaman cabai yang terserang hama dan penyakit misalnya Hama Myzus persicae Sulzer Tamanan cabai, harus di kendalikan dengan menggunakan pestisida dan pengendalian hayati.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Andrey. 2010. Mengenal Hama Tanaman Cabai. http: //and  .viviti. com/e ntries/s da/m engenal-hama-tanaman-cabai-1. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014.
             
Anonim1. 2014. Agribisnis Tanaman Hortikultura/catatan tugas ibu/TANI MUDA  OPT CABAI.htm. Diakses Pada tanggal 15 Desember 2014. Makassar.

Badan Pusat Statistik. 2006. Harga Konsumen Barang dan Jasa di 20 Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Barat 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Pracaya, 1999. Hama Dan Penyakit Tanaman.  Penerbit PT. Penebar Swadaya Cimanggis Bogor.

Prijono Joko. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Dalam Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. PKPHT. IPB. Bogor. 9-13 Agustus 1999.

Rajab, A. dan M. Taufik. 2008. Introduksi beberapa jenis sayuran di lahan kering iklim kering. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.




BAB VI
LAMPIRAN
        
 

Text Box: Lampiran Bacaan, Klik untuk Buka Jurnal/Web       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar